Dzikir dengan hati dan lisan

Dzikir dengan hati dan lisan, kali ini membahas mengenai dzikir yang di lakukan di dalam hati dengan di lisan, lebih bagus mana dizikir di dalam hati atau dzikir di lisan ? simak penjelasan berikut menurut kitab Al-Adzkar.


Dzikir itu adakalanya di lakukan dengan hati dan adakalanya dengan lisan, tetapi yang lebih utama bila di lakukan dengan hati dan lisan secara bersamaan. Jika hanya di lakukan dengan salah satunya, maka yang lebih utama ialah yang di lakukan dengan hati. Sebaiknya dzikir dengan lisan dan hati jangan di tinggalkan hanya karena khawatir di sangka riya’ (pamer), bahkan seseorang di anjurkan melakukan dzikir dengan keduanya dan membulatkan niatnya hanya karena Allah swt. Al-Fudhail pernah mengatakan “meninggalkan amal karena manusia disebut riya’”. Seandainya seseorang sengaja menarik perhatian orang-orang melalui sikapnya yang dengan meninggalkan dzikir demi menghindari dugaan mereka yang batil terhadap dirinya, kami tidak menutup pintu-pintu kebaikan baginya. Tetapi pada waktu itu ia menyia-nyiakan perkara agama yang penting. Sikap tersebut bukan merupakan jalan orang-orang yang arif.

Di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim di sebutkan sebuah hadist melalui Siti Aisyah ra. Yang mengatakan :


“ Bahwa ayat berikut, yaitu firmannya, ‘Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam sholatmu dan janganlah pula merendahkannya.’ (Al-Isra’ 110) di turunkan berkenaan dengan masalah doa.

SEMUA BENTUK KETAATAN KARENA ALLAH DISEBUT DOA

Keutamaan dzikir tidak terbatas pada masalah tasbih, tahlil, tahmid, takbir, dan yang sejenisnya, melainkan semua amal ketaatan yang di niatkan karena Allah swt di sebut dzikir pula. Demikian itu menurut pendapat Sa’id Ibnu Jubair ra dan para ulama lainnya.

Sumber terjemahan kitab Al-Adzkaarun Nawawiyyah

sudah jelaskah bagi kita, bagaimana cara melakukan dzikir, dari dalam hati dan dari lisan harus sama2 kita berdzikir supaya lebih mantab bacaan dzikir yang kita baca.